MENCARI sebuah hunian sementara atau rumah kos di Daerah Istimewa Yogyakarta bukanlah hal yang sulit. Tapi, tidak semua rumah sewa tersebut cocok dengan keinginan dan harapan penghuninya. Ada saja hal yang mungkin menjadi perdebatan, mulai dari suasana yang kurang menyenangkan hingga fasilitas yang tidak memadai.
Adalah D’Kromo Residence, sebuah rumah kos yang menawarkan keramahan dan tata krama yang identik dengan budaya Jawa, menjaga sopan santun, sungkan tetapi suka menyapa. Dipadu dengan hunian yang super modern, layaknya kamar penginapan di sebuah hotel berbintang, menjadikan D’Kromo selalu diburu para mahasiswa, pekerja, hingga menjadi rekomendasi perusahaan-perusahaan besar yang ingin mendatangkan para expert-nya. Rangga Prasetya Aji Prabowo, Sang Owner, bercerita, D’Kromo Residence memang bukan sekadar kos-kosan biasa. Tidak hanya menjual jasa, namun berusaha untuk selalu memberikan service terbaik dan menawarkan keramahtamahan khas masyarakat Jawa. “Seringkali saya mendengar testimoni langsung dari para penghuni. Katanya, ‘Kosan ini beda ya, pemiliknya akrab banget sama penghuni kos, tidak dibeda-bedakan, tidak sendiri-sendiri, butuh apa saja langsung dibantu’,” kata Rangga, menirukan ucapan penghuni kosnya. Dari hal-hal sederhana itu, lulusan Magister Manajemen Bisnis Universitas Gadjah Mada (UGM) ini percaya akan ada feedback yang baik dari para penghuni, yaitu merasa betah tinggal di sana.
Anak pertama dari tiga bersaudara itu kemudian bercerita awal mula kepemilikan D’Kromo Residence. Dibangun di atas tanah seluas 414 meter persegi, Rangga mengaku mendapatkan properti tersebut dari sebuah take over. Untuk memberikan kesan berbeda dari pemilik sebelumnya, dan menjawab keinginan penghuni kos akan tempat tinggal yang nyaman, ia melakukan renovasi besar-besaran. Dan saat ini, D’Kromo Residence memiliki luas bangunan sebesar 742 meter persegi serta memiliki kafe ekslusif.
Nama D’Kromo sendiri dipilih untuk memberikan filosofi sesungguhnya dari tata krama, bahwa kos-kosan tersebut mengutamakan tata krama, sopan santun, dan ramah pada siapa saja, baik kepada penghuni maupun lingkungan sekitar.
“Dengan filosofi itu, saya ingin seluruh penghuni merasa seperti raja yang disanjung dan selalu diperhatikan kebutuhannya. Kromo juga merupakan nama almarhum kakek yang kemudian dikasih ke aku. Waktu kecil, kakek sering banget panggil aku dengan sebutan ‘Mas Kromo’. Waktu aku tanya kenapa, Beliau jawab karena aku selalu hormat kepada yang lebih tua. Tata krama aku selalu dijaga,” jelasnya.
D’Kromo residence dibagi menjadi 2 gedung, yaitu gedung utama 2 lantai dan paviliun. Untuk paviliun memiliki 6 kamar dengan tipe deluxe (Rp2,5 jt per bulan) yang dilengkapi water hitter, TV, meja belajar, shower, WiFi, dapur, dan free welcome drink serta free food untuk hari pertama tinggal.
Sedangkan gedung utama terdiri dari 25 kamar dengan tipe super deluxe (24 kamar) dengan harga mulai Rp2 juta hingga Rp2,5 juta dengan fasilitas free laundry, free pembersihan kamar setiap hari, welcome drink dan makanan di awal tinggal. Yang kedua adalah tipe VIP (1 kamar), seharga Rp4,5jt.
“Di awal-awal itu yang tinggal adalah mahasiswa, tapi sekarang 100 persen pekerja. Untuk pembayaran, biasanya sih per bulan tapi kebanyakan langsung bayar untuk 6 bulan bahkan 1 tahun,” ujar Presiden Commissioner PT Punokawan Abadi Sejahtera ini. Saat ini, D’Kromo Residence dikelola oleh 4 staff dan 2 karyawan. Untuk memanjakan penghuni, disediakan pula kafe ekslusif, khusus untuk penghuni. Namun tidak menutup kemungkinan pihak luar menyewa kafe tersebut, karena suasananya memang mendukung untuk mengadakan rapat atau pertemuan lainnya.
Bukan kosan ‘LV’
D’Kromo Residence memang diperuntukkan bagi pekerja perempuan, laki-laki dan pasangan suami istri (pasutri). Untuk bisa ‘nge-kos’ di sana, ada formulir pertanggungjawaban yang wajib diisi. Selanjutnya, calon penghuni wajib menyerahkan fotokopi KTP, KK, hingga buku nikah. Karenanya, lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Pelita Harapan ini menyangkal dengan tegas anggapan bahwa kos-kosan yang beroperasi sejak 6 Juli 2022 itu adalah kosan ‘LV’ (Las Vegas), yang terkenal bebas dan selalu melanggar aturan.
Keinginan menambah bisnis properti
Saat ini, Komisioner PT Wellness Consultant Indonesia ini memiliki kos-kosan dan gim yang terletak di apartemen Amarta. Target pasar utama gim adalah penghuni apartemen, karena memang menjadi fasilitas umum di sana. Saat ini, pria yang pernah menjadi kepala proyek Plan, Implement and Supervise the Company’s GaMa Strategy ini berencana menambah properti berupa resort dan kafe D’Krama di daerah Turi, Yogyakarta.
Tentang Rangga Prasetya Aji Prabowo
Rangga Prasetya Aji Prabowo adalah seorang pengusaha muda yang punya sederet prestasi di bidang akademik. Lulusan SMA Marsudirini ini kemudian melanjutkan sekolah di Universitas Pelita Harapan dan lulus dengan IPK memuaskan. Selanjutnya ia mengambil gelar Magister di Universitas Gadjah Mada dan berhasil lulus dengan predikat Cumlaude. Perjalanannya menjadi seorang pebisnis muda sungguh luar biasa. Banyak terinspirasi dari pengusaha sukses Indonesia seperti Erik Tohir dan Sandiaga Uno, pria yang juga sangat mengidolakan Donald Trump ini pada akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang pebisnis di bidang properi.
“Sebenarnya sudah (ingin jadi pebisnis) itu sejak kuliah S1. Kebetulan teman-teman aku itu orang tuanya juga pebisnis, jadi kalau ngumpul seringnya ngomongin bisnis. Dari situ aku berpikir, enak juga ya. Dan kemudian aku punya plan besar untuk mencari sebidang lahan untuk memulai bisnis properti,” kenang Rangga.
Keinginannya semakin kuat, tatkala melihat neneknya sukses mengelola hotel melati di daerah Baturetno. Dan ketika melanjutkan pendidikan S2, keraguan dan ketakutan gagal yang sempat muncul, berganti dengan keyakinan.
“Ternyata, gagal itu bukan suatu masalah. Kegagalan justru harus dijadikan pembelajaran. Itu yang aku dapat saat mengenyam pendidikan S2 di MM UGM. Aku tidak salah pilih kampus, karena UGM punya filosofi sendiri, yaitu ilmu kerakyatan. Filosofi itu membentuk pola pikir pengusaha sukses, yaitu jangan sampai setelah berhasil melupakan yang bawah,” ucap dia. Lebih jauh ia membagikan tips untuk anak muda yang ingin menjadi entrepreneur, yaitu: Berdoa, karena tanpa doa usaha tidak akan jalan. Kedua adalah restu ibu. Ingat bahwa surga ada di telapak kaki ibu, jadi jika ibu tidak merestui, maka apapun yang kita inginkan tidak akan terwujud. Selanjutnya, mau bersakit-sakit dulu, ikuti bagaimana prosesnya, susun planning, dan hadapi problem dengan baik.
“Moto hidup aku itu jujur, jujur, jujur, karena kerja tidak jujur tidak akan menghasilkan dan tidak berkah. Yang penting doa restu ibu, kalau sudah pegang itu, mental menjadi kuat dan semakin pede,” demikian Rangga.(*)