Jakarta, Februari 2020 – Sebanyak 12.000 poster tinggi badan telah disebarkan di 22 pulau oleh 1000 Days Fund untuk upaya pencegahan stunting di Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018), terdapat 31% dari anak-anak Indonesia yang menderita stunting atau gagal tumbuh dan Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki angka prevalensi stunting tertinggi sebesar 43%. Stunting merupakan masalah kesehatan yang patut menjadi perhatian nasional. Pendistribusian poster tinggi badan, jika dilakukan secara massal, dapat memangkas angka stunting hingga 22%.
Sebanyak 9 juta anak di Indonesia menderita stunting. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan
negara-negara yang biasa diasosiasikan dengan masalah stunting, seperti Sudan Selatan, Comoros, dan Liberia. Hal ini menjadikan stunting sebagai salah satu kondisi krisis yang paling menyedihkan. Permasalahan stunting ini membutuhkan upaya penanggulangan yang terintegrasi antara pemerintah, LSM, kader/tenaga kesehatan, dan masyarakat. Meski demikian, pada dasarnya, stunting dapat dicegah dengan perilaku-perilaku sederhana.
“Stunting ini bukan sekedar masalah kesehatan dan gizi saja, walaupun utamanya memang kedua hal itu. Stunting juga berhubungan erat dengan masalah kebersihan dan sanitasi, pola asuh, literasi ibu terkait tumbuh kembang balita serta pola hidup sehari-hari. Karena itu, penanggulangan stunting harus dimulai dari tingkat rumah tangga,” demikian diungkapkan oleh Dr. Siswanto, MHP, DTM, Kepala Badan Litbang Kesehatan dari Kementerian Kesehatan Upaya yang sudah dilakukan dalam ranah rumah tangga ini salah satunya dari 1000 Days Fund.
1000 Days Fund memiliki sebuah inisiatif yang bertujuan untuk mencegah stunting. Organisasi ini selama tahun 2019 telah berhasil mendistribusikan 12.000 poster tinggi badan di 22 pulau di Indonesia. Sebanyak 12.000 keluarga yang memiliki anak dengan usia di bawah dua tahun telah memasang poster tinggi badan yang sarat akan informasi bermanfaat. Pendekatan 1000 Days Fund ini terinspirasi dari penelitian yang didanai Gates Foundation di Zambia yang menemukan bahwa poster tinggi badan dapat menurunkan prevalensi stunting sebanyak 22% di antara anak-anak yang sudah terkena stunting.
“12.000 poster tinggi badan adalah sebuah pencapaian yang penting bagi 1000 Days Fund, Ini merupakan awal yang baik dan kami terus berkomitmen untuk melakukan berbagai intervensi dalam upaya pencegahan stunting di Indonesia,“ kata Valerie Krisni, Outreach Coordinator dari 1000 Days Fund.
Poster tinggi badan dari 1000 Days Fund mampu membantu orang tua dan pengasuh memvisualisasikan pertumbuhan anak, status pertumbuhan anak, dan target tinggi badan anak untuk usianya. Poster tinggi badan ini didesain “oleh ibu untuk ibu” melalui serangkaian sesi diskusi grup terarah/focus group discussion yang diadakan di 16 pulau dan desa urban dan rural di Indonesia. Poster ini juga memuat cara-cara yang mudah diikuti para orang tua dan pengasuh tentang perilaku dan pola asuh yang optimal dalam 1000 hari pertama kehidupan anak yang dimulai sejak dalam kandungan.
Selain intervensi utama kepada ibu dan pengasuh, 1000 Days Fund juga memberikan pengembangan dan peningkatan kapasitas para kader Posyandu melalui program pelatihan dan pendampingan yang berkesinambungan. Sebanyak 250 kader Posyandu telah mengikuti rangkaian pelatihan dan program pendampingan khusus tentang stunting. “Para kader menjadi salah satu ujung tombak melawan stunting di Indonesia. Mereka perlu memiliki pengetahuan yang mumpuni agar bisa meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya melawan stunting di berbagai daerah di Indonesia,” kata Valerie.
1000 Days Fund terus berkomitmen untuk melakukan berbagai intervensi dan upaya-upaya pencegahan stunting, mengidentifikasi tren-tren stunting, dan melatih kader posyandu dan tenaga kesehatan baris depan untuk mencegah stunting. Target pencapaian di tahun 2020 adalah untuk mendistribusikan 20.000 poster tinggi badan dan melatih 1.000 kader.
###
Tentang 1000 Days Fund
1000 Days Fund diluncurkan tahun 2018 untuk mendorong adanya pendekatan yang mendobrak dalammenemukan, menguji, dan menerapkan solusi yang inovatif dengan pemanfaatan biaya yang optimal (cost- effective) untuk menanggulangi stunting di Indonesia. 1000 Days Fund mempunyai komitmen untuk terus meningkatkan kesehatan ibu dan bayi baru lahir bagi masyarakat miskin dan terpinggirkan. Kami bermitra dengan pemerintah daerah untuk meningkatkan kapasitas setempat dan bekerja secara intensif dengan komunitas miskin untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas, menangani penyebab utama stunting, melatih penyedia layanan kesehatan, memajukan riset, serta mengadvokasi perubahan kebijakan di tingkat global dan di tingkat akar rumput.
Kontak Media:
Valerie Krisni [email protected] 0822-9781-0297
Jessica Arawinda [email protected] 0813-8231-0188
Afdita Sari [email protected] 0812-1050-381
LEMBAR FAKTA
Pilot Project 1000 Days Fund di Nusa Tenggara Timur
(Didanai oleh Bank Dunia)
Selama bulan Februari-Juli 2020, 1000 Days Fund bersama dengan tim dari Bank Dunia melakukan pilot project untuk mendistribusikan poster tinggi badan di Nusa Tenggara Timur, tepatnya di pulau Rinca, pulau Messah, dan pulau Komodo.
Berikut ini adalah yang dilakukan selama pilot project:
• 159 rumah dikunjungi dan dipasang poster tinggi badan
• 3 desa, di 3 pulau berbeda
• 22 kader dan tenaga kesehatan (nakes) menerima pelatihan melalui lokakarya interaktif tentang stunting, faktor penyebab, dan pentingnya 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK)
Berikut adalah hasil dari pilot project tersebut:
• 65% pengasuh anak (mayoritas ibu-ibu) mampu mendefinisikan stunting
• 48% pengasuh anak (mayoritas ibu-ibu) mampu menjelaskan mengapa stunting penting → meningkat dari 4% di awal kegiatan
• 62% pengasuh anak mengatakan bahwa memiliki Poster Tinggi Badan di rumah mereka membantu perubahan ke arah perilaku positif
• 42% pengasuh anak mengukur tinggi badan anak, sebagian mencatatnya setiap bulan
• Terdapat peningkatan pada kader & nakes yang merasa percaya diri menjelaskan aspek-aspek kunci dan cara pencegarah stunting – dari 35% menjadi 73%
• Semua suster dan bidan memberikan nilai net promoter score 10 untuk poster tinggi badan
Hasil kunci:
• Kepemilikan lokal, frekuensi rutin dan memperluas akses adalah prinsip-prinsip kunci yang mendorong keberhasilan dalam meningkatkan kesadaran dan memungkinkan perubahan top-to-bottom dalam menanggulangi stunting.
• Kepemilikan lokal, yaitu memastikan petugas kesehatan desa ikut serta dalam merevisi desain poster tinggi badan dan pelaksanaan kegiatan proyek di desa
• Frekuensi rutin, yaitu memastikan bahwa pesan-pesan utama seputar stunting diulangi berkali-kali melalui kunjungan bulanan
• Memperluas akses, yaitu mengikutsertakan para ayah dan ibu dalam pemasangan dan penjelasan poster tinggi badan di rumah-rumah
“Now we can see the changes in terms of the height of our children and what happens when we give them nutritious meals. Before, I only gave my child snacks.”—Mother, Messah island
“Because of the height chart I am more concerned with what I feed my child and sanitation. And now my daughter is not sick as much as she used to be.” —Mother, Komodo Island
“Now I wash my hands often and I can see the weight and height of my child increasing.” —Mother, Rinca Island
STUNTING: HOW BIG IS THE PROBLEM?
● 3 out of every 10 Indonesian kids are stunted/chronically malnourished (30.8%)
● Prevalences of stunting in Indonesia are HIGHER than they are in many Sub-Saharan African countries & Bangladesh.
WHAT ARE THE CONSEQUENCES?
● Stunted kids face a 6-11 point IQ deficit. Stunted kids will miss more than a full year of school.
● Stunted kids are more likely to suffer from diarrhea, pneumonia, or many of the other chronic diseases that threaten the lives of Indonesia’s poorest children.
● 70,000 preventable child deaths every year in Indonesia are related to malnutrition.
● Stunted kids will earn wages >20% lower than their peers.
WHAT ARE THE CAUSES?
● 30 million Indonesians have no access to safe water, 100 million Indonesians lack proper toilets. A
quarter of Indonesian households defecate in the open.
● Half of Indonesian mothers don’t breastfeed. Kids should be exclusively breastfed for the first 6
months of life. Less than half infants start being breastfed within an hour of birth.
● Two out of every five pregnant women is anaemic.
● Immunization rates are low – 4 out of 10 2-year-olds in 2013 had not completed their vaccinations.
● There are big geographical disparities. In NTT, almost half of all kids are stunted (43%), while in Jakarta the prevalence is only 17%. Did we say “only”? – 17% is still unacceptable.
● Too many teenagers (10% of mothers) are having children. A teenage mother is growing a baby when
she is still trying to grow herself. 500,000 teenagers in Indonesia give birth every year.
● Low intake of vegetables, fruits, animal food and soybeans contributes to undernutrition. Calorie
intake from vegetables/fruits is only 3.9% (Ministry of Agriculture standard = 6%).
● Wealth inequality. Half of kids in the poorest 20% of Indonesians are stunted, less than a third (29%) in the richest 20% are. In 2016, >28mio Indonesian people were living on <USD1 per day.
● Stunting can be caused by any of the things above, but not genetics. The Dutch were among the shortest people in Western Europe in the 19th century. South Korean women are now 20 centimeters
taller than they were 100 years ago. This is a result of improved antenatal care, WASH practices, and
nutrition.
COMMITMENT TO PREVENTION
● Brain damage inflicted by chronic malnutrition is irreversible. The human brain reaches 80% of its
adult weight by the age of two & irreversible damage can have been inflicted by malnutrition.
● It’s cheap to prevent. It costs about $100 per child to provide a comprehensive package of benefits,
e.g. maternal education, complementary foods, & vitamin supplements…If this is supplied universally in
target populations, it has been shown to reduce stunting by 20-50%. This will reduce rates of illness by
a similar magnitude & can reduce preventable child deaths by 50%
● The Jokowi Government realizes the importance of the issue. However, we should constantly remind
the Government to make defeating stunting the highest priority.
● In Peru, all 2006 Presidential candidates pledged to cut stunting by 5% in 5 years. In fact, stunting fell
from 28% (2008) to 13% (2016). Why can’t we do that in Indonesia?