(Jakarta, 28 September) Film Aruna dan Lidahnya sedang tayang di berbagai bioskop Indonesia. Film bercerita tentang Aruna, yang melakukan petualangan kuliner bersama kedua sahabatnya Nad dan Bono. Dan kemudian bertemu dengan Farish, rekan kerja yang pernah ia taksir. Film dibintangi oleh Dian Sastrowardoyo, Oka Antara, Nicholas Saputra, dan Hannah Al Rashid ini mengajak masyarakat melihat makanan khas di kota Surabaya, Pamekasan, Pontianak, dan Singkawang.
Film ini memanjakan pencinta kuliner maupun menjadi sarana informasi mengenai kuliner Indonesia. Melalui cerita yang diadaptasi lepas dari novel Laksmi Pamuntjak, empat karakter manusia menyusuri kekayaan rasa di Jawa Timur dan Kalimantan Barat. Aruna, Farish, Nad, dan Bono menelusuri makanan dan menyisihkan perbedaan atas nama petualangan kuliner. Secara personal para pemeran mengaku terkesima dengan makanan-makanan yang baru mereka temui. Salah satu yang jadi favorit kesemuanya adalah Bakmi Kepiting Pontianak. Nicholas Saputra mengatakan, “Bakmi rumahan yang dibuat dengan sangat lembut sehingga dapat menyerap rasa dari kepiting dengan baik. Kepitingnya juga disajikan segar.”
Triawan Munaf, Kepala Badan Ekonomi Kreatif RI pun mendukung film Aruna dan Lidahnya, “Tidak ada cara berpromosi yang lebih efektif untuk mengangkat film dan kuliner selain melalui film itu sendiri. Film ini melakukannya dengan renyah dan berselera tinggi.” Film ini memang mempromosikan kuliner Indonesia yang kaya. Perjalanan para sahabat mencoba berbagai kuliner Indonesia bisa jadi inspirasi bagi siapapun yang hendak melakukan road trip mengenal Indonesia. Para pemeran pun merasa senang dapat menemukan referensi baru makanan. Hannah Al Rashid berujar, “Berkat film Aruna dan Lidahnya, kami menyadari betapa luasnya kuliner Indonesia. Ini baru lima kota yang dijajaki. Dari lima kota tersebut, 80 persen menu belum pernah dirasakan sebelumnya.”
Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indriwati turut memberikan pendapat positif, “Saya benar-benar menyukai cara film ini menampilkan kehidupan sehari-hari tapi mempunyai kedalaman cerita. Saya suka sekali aktingnya Dian Sastrowardoyo, Nicholas Saputra, Dipersiapkan oleh Palari Films untuk Aruna dan Lidahnya Hannah Al Rashid, dan Oka Antara. Saya rasa mereka bisa memberikan banyak sekali pelajaran tanpa harus menggurui. Bicara tentang lidahnya, kuliner Indonesia luar biasa.
Saya harap banyak masyarakat dapat menonton film Aruna dan Lidahnya. Ini adalah cerita tentang kita, tentang kekayaan budaya kita, tentang diri kita, tentang perasaan kita, tentang cara kita bergaul, tentang banyak sekali kekayaan dari kuliner Indonesia yang banyak sekali bahkan kita tidak tahu.”
“Adegan bersama Nico perbicangannya sangat natural. Kami saling menimpali, bukan kayak menghafal skrip. Kerja bareng Nico mencerminkan persahabatan kami dalam real life. Kami seperti berasa tidak kerja. Nyamannya akting bareng sahabat. Film ini sangat cair,” papar Dian Sastrowardoyo mengenai proses pembuatan film.
Dian Sastrowardoyo, Nicholas Saputra, Hannah Al Rashid, dan Oka Antara banyak menuai pujian karena dirasakan mampu mengeluarkan penampilan yang belum pernah dilihat dalam film-film sebelumnya.
Tanggapan yang sama juga disampaikan oleh Reza Rahadian setelah menyaksikan Aruna dan Lidahnya. “Suka banget filmnya, tidak melodramatis, semuanya sangat mulus, perjalanan cerita mereka berempat, saya sih happy banget nontonnya, to be honest. Saya berharap orang-orang akan berbondong nonton film ini, karena bukan hanya kulinernya yang menarik, itu sudah pasti, tapi perjalanan cerita mereka juga menarik. Mudah dicerna dan saya yakin banget banyak orang relate sama film ini.”
Begitu pula dengan Iqbaal Ramadhan yang merasakan energi menyenangkan, “All i can say is this is a wonderful movie. Film ini disajikan seringan mungkin. Bikin kita ingin nonton dua tiga kali. Chemistry antar pemainnya tidak usah diragukan lagi. Setelah nonton film ini tidak cuma bahagia, tapi ada sesuatu yang bisa dibawa pulang. Aruna dan Lidahnya adalah satu paket yang utuh. Top notch!”
Ayo rayakan kuliner Indonesia bersama sahabat tersayang dengan menyaksikan Aruna dan Lidahnya di bioskop kesayangan anda.
Tentang Palari Films
Palari Films adalah rumah produksi film yang didirikan pada 2016 di Jakarta oleh dua produser Meiske Taurisia dan Muhammad Zaidy. Produksi mereka yang pertama adalah Posesif (2017), disutradarai oleh Edwin dan memenangkan tiga Piala Citra di Festival Film Indonesia untuk kategori Sutradara Terbaik, Aktris Terbaik, dan Aktor Pendukung Terbaik.
Film tersebut mendapat ulasan bagus di berbagai media besar Indonesia seperti Tempo, Kompas, dan Rolling Stone Indonesia. Posesif menempatkan Palari Films dalam lanskap industri film Indonesia. Selain kesuksesan di tingkat nasional, Posesif juga dipilih tayang di Singapore International Film Festival 2017, Hong Kong International Film Festival 2018, Osaka Asian Film Festival 2018, dan CinemAsia Film Festival 2018 di Amsterdam.