warnaplus.com-Rangkaian Acara Webinar Literasi Digital ‘Indonesia Makin Cakap Digital’ di Sulawesi yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia dan Siber kreasi bersama Dyandra Promosindo, dilaksanakan secara virtual pada Senin, 7 Juni 2021. Kolaborasi ketiga lembaga tersebut dikhususkan pada penyelenggaraan Literasi Digital di wilayah Sulawesi.
Kegiatan yang berlangsung di Kabupaten Wajo ini menghadirkan beberapa narasumber, di antaranya Komisioner KPI Pusat, M Reza M.I.Kom, Prof. Dr. H. Mahmuddin M.Ag selaku Guru Besar Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, M. Ridwan Alimuddin, seorang penulis dan pegiat literasi digital, serta dosen Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Dr. Abdul Halik M.Si. Kegiatan yang diikuti oleh 146 peserta ini bertema “Dakwah yang Ramah di Internet”
Kegiatan diawali dengan sambutan berupa video dari Presiden Joko Widodo yang memaparkan peningkatan infrastruktur digital harus diimbangi dengan peningkatan kesiapan dan kecakapan masyarakat dalam dunia digital. “Infrastruktur digital tidak berdiri sendiri. Jadi, saat jaringan internet sudah tersedia harus diikuti dengan kesiapan-kesiapan pengguna internetnya agar manfaat positif internet dapat dioptimalkan untuk membuat masyarakat semakin cerdas dan produktif,” kata Presiden.
Jurnalis dan Youtuber Rachman Pratama, yang bertindak sebagai moderator, memperkenalkan narasumber dan menjabarkan tema. Selanjutnya, narasumber pertama yang menyampaikan materi ialah M Reza terkait digital skill, regulasi media, dan konten religi. Ia menjabarkan data tentang betapa banyaknya jumlah media penyiaran di Indonesia yang mencapai 3.074 lembaga penyiaran. Populasi penduduk Indonesia yang tinggi memiliki pengguna aktif media sosial mencapai 170 juta orang. Besarnya potensi tersebut dan gaya hidup serba digital memerlukan percepatan di sektor digital.
Ia menambahkan, tak hanya percepatan dalam pembangunan infrastruktur yang diperlukan, tapi butuh juga penataan regulasi dan kesiapan literasi digital masyarakat. Jika tidak, masyarakat akan kebanjiran informasi dan kebingungan mana informasi yang bisa dipercaya. “Kita darurat literasi. Sekelompok CEO pernah mengungkapkan bahwa Indonesia negara yang berisik, tapi minat baca kita terendah kedua di dunia.”
Narasumber kedua yang menyampaikan materi ialah Prof. Dr. H. Mahmuddin M.Ag dengan pembahasan terkait tika digital dan “Bijak di Kolom Komentar”. Ia mengungkapkan bahwa kegiatan webinar seperti ini bertujuan untuk memotivasi para aktivis dakwah dalam menggunakan teknologi internet. Banyaknya komentar-komentar kasar yang tersebar dalam kehidupan digital kita perlu ditangkap dengan kata-kata bijak yang dalam Islam dikenal dengan istilah qaulan layyinan (perkataan yang lemah lembut).
Selanjutnya, pada kegiatan ini juga turut hadir M Ridwan Alimuddin. Penulis yang juga pegiat literasi digital ini mengulas tentang digital culture dengan materi literasi dalam berdakwah di dunia digital. Ia mengambil studi kasus dakwah melalui “Live Facebook” yang dilakukan Syaikh Fadhl Al Mahdaly di daerahnya. Dakwah yang dilakukan tersebut ala kadarnya, tidak dikelola secara profesional, tanpa peralatan canggih. Hal ini kontras jika dibandingkan dengan dakwah-dakwah yang dilakukan oleh para pendakwah nasional yang sudah terkenal.
Kesederhanaan metode dakwah Syekh itu yang hanya menggunakan kamera ponsel, mudah direplikasi oleh siapa pun, bersahaja, dan menyentuh masyarakat. “Kunci kesederhanaan dan keramahan-keramahan tersebut terletak pada kedekatan dengan masyarakat,” ungkap Alimuddin.
Narasumber terakhir adalah dosen Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Dr. Abdul Halik M.Si yang mengulas materi digital safety tentang tips dan pentingnya internet sehat. Ia memaparkan bahwa internet dan media sosial berperan penting sebagai sarana atau forum sosialisasi, bisnis, pendidikan, perdagangan, mendapatkan informasi, dan lain sebagainya.
Penggunanya dituntut untuk meningkatkan literasi digital agar dapat memanfaatkan internet secara sehat, bijak, dan produktif. Pengguna tak boleh hanya mementingkan kebebasan dan kepentingan pribadinya saja dalam berinteraksi, tetapi juga harus mempertimbangkan posisi orang lain, baik secara individu maupun kolektif.
Setelah pemaparan materi oleh keempat narasumber, kegiatan Literasi Digital dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dipandu moderator. Terlihat antusias dari para peserta yang mengirimkan banyak pertanyaan kepada para narasumber berkaitan dengan tema dan materi yang telah disampaikan. Sepuluh peserta dengan pertanyaan terbaik akan mendapatkan uang elektronik masing-masing senilai Rp 100.000.
Salah satu pertanyaan yang diajukan seorang peserta ialah terkait bagaimana menghadapi warganet indonesia yang terkenal mudah tersinggung. Narasumber kemudian memaparkan penjelasan bahwa tingkat literasi kita memang rendah, sehingga meningkatkan budaya literasi adalah kebutuhan yang mutlak. Selain itu bisa juga dijelaskan di awal diskusi digital tentang tujuan dari kelompok diskusi tersebut adalah untuk bertukar gagasan, ide, solusi terbaik demi kepentingan bersama. Sehingga kontrol diri dari setiap orang perlu dibudayakan agar tidak terjebak ke dalam adu argumen yang saling menyalahkan. (if)