Friday, December 27, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
HomeEventsCita Tenun Indonesia Persembahkan "Dialektika"

Cita Tenun Indonesia Persembahkan “Dialektika”

Jakarta, 23 Oktober 2024 – Cita Tenun Indonesia mempersembahkan sebuah peragaan busana bertajuk Dialektika yang dipresentasikan pada Jakarta Fashion Week 2025 di City Hall, Pondok Indah Mall 3, Jakarta. Penamaan untuk presentasi ini mengacu pada perbedaan konsep atau filsafat yang akan menelurkan sebuah gagasan baru. Dalam proses pengadaan kain Tenun, Cita Tenun Indonesia mendapat dukungan dari filantropi Julia Purmawati dan Ella Purnamasari.

Dialektika merupakan sebuah metodologi yang digunakan untuk mencapai sebuah kesimpulan dari dua hal yang bertentangan; melibatkan konsep tesis sebagai landasan awal, antitesis sebagai kontradiksi dan tahap akhir berupa sintesis. Filsafat ini merujuk pada interpretasi para desainer mode terhadap wastra Tenun yang menjadi media dalam berkarya, sebagai upaya relevansi warisan budaya Indonesia dalam dinamika hidup kontemporer.

Dialektika pertama menyuguhkan kain Tenun Songket Halaban yang digubah menjadi koleksi busana siap pakai oleh Asha Samara Darra untuk rumah mode Oscar Lawalata Culture. Tenun Songket Halaban merupakan kain Tenun dari Sumatra Barat yang memiliki karakteristik timbul diperoleh dengan cara penambahan benang Pakan di atas benang Lungsi dengan cara disungkit.

Dialektika kedua menampilkan interpretasi Felicia Budi pada kain Tenun Sobi Muna dari Sulawesi Tenggara untuk label besutannya, fbudi. Tenun Sobi merupakan jenis Tenun khas Suku Bugis yang motifnya hanya terlihat di bagian depan kain sedangkan bagian belakang polos tanpa motif. Karakteristik ini ini tercipta dari proses Teknik Pakan Mengambang.

Dialektika ketiga dibawakan oleh Era Soekamto yang menggabungkan Tenun Cual Sambas
dengan Batik Tulis Jawa lewat sebuah presentasi bertajuk Pakerti. Tenun Cual Sambas
merupakan hasil akulturasi antara Suku Melayu yang terkenal akan Tenun Songket dengan
metalik, dengan Teknik Ikat Lungsi khas Suku Dayak. Bertindak sebagai penutup peragaan
busana, Era Soekamto secara subtil menyematkan energi maskulin pada deretan busana yang bersifat feminin.

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments