Sunday, September 8, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
HomeMoviesBIFAN 2024: 3 Film Horror Indonesia Berhasil Masuk

BIFAN 2024: 3 Film Horror Indonesia Berhasil Masuk

Tiga film horor Indonesia, “Siksa Kubur”, “POSSESSION: KERASUKAN”, dan “Malam Pencabut Nyawa” tayang di Bucheon International Fantastic Film.

Bucheon, 7 Juli 2024 — Memasuki hari keempat gelaran Bucheon International Fantastic Film Festival (BIFAN) 2024 di Korea Selatan, acara semakin meriah. Tiga film horor Indonesia “Siksa Kubur”, “Possession: Kerasukan”, dan “Malam Pencabut Nyawa” tayang dalam tiga program yang berbeda.

Film garapan sutradara Joko Anwar dari rumah produksi Come and See Pictures, “Siksa Kubur” ditayangkan dalam program Mad MaxX, pada Sabtu, 6 Juli 2024 di Bucheon City Hall Main Theater. Dalam penayangan tersebut, juga dihadiri sang produser Tia Hasibuan dan pemeran utama Faradina Mufti. Program MadMaxX merupakan program yang ditujukan untuk mempresentasikan karya-karya terbaru dari para maestro film genre. Nantinya, film “Siksa Kubur” masih akan diputar pada 10 Juli 2024 dan tiket pemutaran pun telah habis.

Sementara film “Possession: Kerasukan” dari sutradara Razka Robby Ertanto dari rumah produksi Falcon Pictures, ditayangkan di program Adrenaline Ride pada Minggu, 7 Juli 2024 di CGV Sopung, Bucheon. Pemutaran film juga dihadiri sang sutradara. Adrenaline Ride adalah program yang menayangkan film-film horor baru untuk memetakan lanskap sinema horor dunia.

Film horor “Malam Pencabut Nyawa” karya sutradara Sidharta Tata dari rumah produksi Base Entertainment berkompetisi di program kompetisi utama dan diputar pada Senin, 8 Juli 2024 di CGV Sopung, Bucheon. Film tersebut akan berkompetisi dengan tujuh film dari negara lain untuk memperebutkan total empat penghargaan.

Pada Minggu, 7 Juli 2024, juga dilakukan “Project Spotlight Indonesia Pitching & Luncheon” di 1F Convention Hall – Webtoon Convergence Center, Bucheon untuk lima proyek film Indonesia yang terseleksi dalam NAFF Project Spotlight BIFAN 2024. Kelima film tersebut adalah “Virgin Bash”, “Dancing Gale”, “Mad of Madness”, “Into the Woods”, dan “The Hidden Flowers”. Proyek-proyek film tersebut dipresentasikan di hadapan para profesional industri perfilman global. NAFF Project Spotlight bertujuan untuk menyoroti film-film genre, menampilkan kekuatan film genre dari negara yang dipilih dan berkontribusi pada penguatan jaringan industri film Asia.

Dalam “Project Spotlight Indonesia Pitching & Luncheon” yang didukung oleh Kemendikbudristek, berkolaborasi dengan Jakarta Film Week dan Aprofi (Asosiasi Produser Film Indonesia), para sineas berkesempatan melakukan pertemuan bisnis 1:1 untuk mendiskusikan ko-produksi, investasi, dan distribusi. Proyek-proyek yang diunggulkan akan menerima penghargaan berupa uang tunai atau dukungan dalam bentuk barang.

Project Market BIFAN 2024 dibuka pada 6 Juli 2024 di 1F Convention Hall, Webtoon Convergence Center, Bucheon, Korea. Dalam malam pembukaan, juga diperkenalkan para dewan juri utama Project Market, termasuk produser asal Indonesia, Yulia Evina Bhara.

Film “Virgin Bash” disutradarai oleh Randolph Zaini dan diproduseri Susanti Dewi, diproduksi oleh IDN Pictures. Mengikuti karakter bernama Suci, memiliki impian pernikahan yang sempurna hancur ketika dia menemukan perselingkuhan almarhum ayahnya.

Randolph Zaini lebih dulu dikenal dengan film panjang debutnya, “Preman” yang masuk dalam beberapa festival bergengsi termasuk Seattle International Film Festival, Shanghai International Film Festival, Fantastic Fest, Jogja-NETPAC Asian Film Festival, Urbanworld Film Festival, dan menerima delapan nominasi di Festival Film Indonesia. Ia juga menyutradarai serial komedi gelap “Katarsis” dan “Nightmares & Daydreams.”

Sementara, sang produser, Susanti Dewi, merupakan pemimpin di IDN Pictures, yang telah memproduksi lebih dari 20 film, termasuk film “Sleep Call” yang mendapat nominasi Film Terbaik di Festival Film Indonesia 2023. Proyek-proyek film Susanti lainnya di antaranya adalah “Inang” yang masuk dalam kompetisi utama BIFAN 2022, serta “Qorin” film yang sukses di box office dengan lebih dari 1,3 juta penonton.

Film “Dancing Gale” disutradarai Sammaria Simanjuntak dan diproduseri Lies Nanci Supangkat, diproduksi oleh Pomp Films. Mengisahkan Uli yang kehilangan putrinya, Gale, dalam sebuah kecelakaan tragis. Putus asa, dia mencari bantuan dukun untuk menghidupkan kembali Gale. Mengabaikan peringatan, Uli pun menghidupkan sebuah patung kayu dengan darahnya.

Sammaria Simanjuntak memulai debutnya lewat film “Cin(T)a”, sekaligus berhasil memenangkan Skenario Asli Terbaik di Festival Film Indonesia. Ia lalu menyutadarai film “Demi Ucok”, film horor “Sesat” dan “Guru-Guru Gokil” serta film terbarunya “Tulang Belulang Tulang.”

Sang produser, Lies Nanci Supangkat memulai perjalanannya dalam pembuatan film dengan memproduksi beberapa film pendek, termasuk “The Shutter of Death” dan “Ibu Guru”, film dokumenter tentang pengalaman para pendidik dan ibu selama pandemi, pada tahun 2020. Karya-karya Nanci lainnya di antaranya “Kitab Kencan” dan bersama dengan Sammaria memproduksi “Tulang Belulang Tulang.”

Film “Mad of Madness” atau memiliki judul Indonesia “Angkara Murka” disutradarai Eden Junjung, diproduseri Ifa Isfansyah, dan diproduksi Forka Films. Berkisah tentang Ambar dan anaknya Bondan yang memutuskan untuk bekerja di tambang pasir untuk menggantikan Jarot, suaminya, yang hilang saat bekerja di sana. Bogel, teman Jarot yang bekerja di tambang tersebut, memberikan kesaksian Jarot hilang dan dibawa setan di lokasi tambang karena tidak segera pulang ketika hari mulai gelap. Ambar yang masih berharap menemukan suaminya berusaha bersembunyi di lokasi tambang hingga larut malam untuk mencarinya.

Eden Junjung adalah sutradara yang dikenal dengan film-film pendeknya termasuk “Flowers in the Wall” (diputar di Festival Film Pendek Internasional Bogota & Festival Film Pendek Internasional Busan), “Happy Family” (diputar di Festival Film Valletta & Festival Film Pendek Internasional Taipei), dan “Bura” (diputar di Festival Film Internasional Singapura, Festival Film Tampere, dan dianugerahi Penghargaan Juri Terbaik di SeaShort Malaysia 2020). Ifa Isfansyah, memulai perusahaannya Fourcolours Films (kini Forka Films) pada tahun 2001 dan memproduksi film-film peraih penghargaan seperti “Siti” (sutradara Eddie Cahyono), “Sekala Niskala” (Kamila Andini), “Kucumbu Tubuh Indahku” (Garin Nugroho), “Yuni” (Kamila Andini), serta “Before, Now & Then” (Kamila Andini).

Film “Into the Woods” disutradarai Ilya Sigma, diproduseri Mandy Marahimin dan diproduksi Talamedia. Berlatar di hutan di Jawa, adik Vira, Rere, menghilang. Membuat Vira dan sang pacar Derry, serta teman mereka Dharma mencari Rere. Tak lama kemudian, Vira mendengar suara Rere melalui walkie talkie yang mengatakan dia masih hilang. Geng ini mencoba menyelidiki kebenarannya, tetapi kemudian mereka bertemu dengan roh jahat, dan terlambat menyadari tubuh Vira telah dirasuki. Kini arwah Vira terperangkap, dan ia harus memperingatkan yang lain untuk menjauh.

Ilya Sigma dikenal sebagai penulis skenario. Di antaranya ia menulis film “Catatan (Harian) Si Boy” menulis salah satu film di omnibus “Rectoverso.” Ia mendapat kesempatan pertamanya untuk menyutradarai adalah film omnibus berjudul “Pintu Harmonika.” Produser Mandy Marahimin mendirikan Talamedia pada tahun 2013 (sebelumnya bernama Tanakhir Films). Dengan perusahaan produksinya saat ini, ia memproduksi film panjang, film dokumenter, dan film pendek. Ia juga merupakan alumni Rotterdam Lab dan Berlinale Talents. Saat ini ia telah memproduksi lebih dari 10 film.

Film “The Hidden Flowers” disutradarai Adriyanto Dewo, diproduseri Perlita Desiani dan diproduksi Relate Films. Film ini mengambil latar Indonesia pada masa Perang Dunia II. Desi diganggu oleh mimpi buruk yang terus berulang, tentang perempuan berbaju putih memberi isyarat untuk kembali ke rumah leluhur suaminya. Sesampainya di sana, ia menemukan rumah tersebut telah diambil alih oleh pengurusnya, yang didukung oleh seorang mantan tentara yang berkhianat, meninggalkan neneknya yang sakit jiwa untuk tinggal di sana sendirian dalam kemelaratan.

Adriyanto Dewo telah menyutradarai beberapa film pendek seperti “Song of the Silent Heroes” (2010) dan “Waiting For Color” (2012). Film-film panjangnya antara lain “Tabula Rasa” (2014), yang membuatnya meraih penghargaan Sutradara Terbaik di Festival Film Indonesia, “Mudik” (2019), “Galang” (2022) yang memenangkan penghargaan Sutradara Terbaik di NETPAC Asian Film Festival di Yogyakarta, dan film horor “Kajiman” (2023).

Perlita Desiani mendirikan Relate Films dan memproduksi film “Mudik” yang mendapatkan pengakuan dengan memenangkan Skenario Terbaik di Festival Film Indonesia. Ia kemudian
memproduksi “One Night Stand” (2021) dan “Kajiman” (2023). Pada Minggu malam, juga digelar Indonesian Night. Ajang ini menjadi jejaring para Delegasi Indonesia di BIFAN 2024, sebagai bagian dari komitmen penguatan strategi kebudayaan Pemerintah Indonesia di peta perfilman dunia. Dalam Indonesian Night, dihadiri oleh ratusan tamu undangan, serta diumumkan berbagai kerja sama dan dukungan yang telah dilakukan pemerintah Indonesia melalui Direktorat Perfilman Musik dan Media (PMM) Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek RI. Pada Indonesian Night BIFAN 2024 juga ditegaskan
pemerintah akan terus konsisten mendukung kehadiran sinema Indonesia di sirkuit festival internasional mendatang.

Tayang Perdana Film “Siksa Kubur” Mencetak Rekor Penonton Terbesar (warnaplus.com)

Pertama Kali Hadir di Hong Kong International Film Festival & TV Market (FILMART) 2024, Indonesia Bawa Pulang Berbagai Kabar Baik Terkait Kolaborasi Internasional (warnaplus.com)

 

 

Marsanomi Jatilaksono
Marsanomi Jatilaksono
Enjoy our journey with bersyukur.
RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments