Jakarta, 26 Juni 2023 – “Intinya, Climate Change Is The Existential Threat To The Human Race “, ungkap Tabitha Napitupulu, Puteri Indonesia Sumatera Utara 2023, ketika menghadari salah satu panel talkshow di Konferensi FPCI (Foreign Policy Community of Indonesia) bertajuk “Indonesia Net-Zero Summit 2023”, yang diselenggarakan pada Sabtu, 24 Juni 2023 di Djakarta Theater XXI, Thamrin, Jakarta Pusat.
Ketua Umum FPCI (Foreign Policy Community of Indonesia), Bapak Dino Patti Djalal, juga mengatakan bahwa Climate Change ternyata menjadi isu hangat di tengah Gen Z, yang dapat disaksikan dari antusiasme 10 ribu orang usia produktif yang telah meramaikan forum tersebut.
Sebagai praktisi Public Relations lulusan UI dan LSPR , Tabitha sangat tertarik dengan Diskusi panel berjudul “Menempatkan Isu Iklim di Hati Pemda Indonesia”, karena menurut Tabitha sangat sesuai dengan isu lingkungan hidup di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara, yang sangat butuh aksi nyata pengelolaan sampah berkelanjutan, melalui peran Gen Z.
Kang Bima Arya, Walikota Bogor, salah satu narasumber menegaskan bahwa sampah menjadi salah satu masalah besar Indonesia. Padahal Indonesia diprediksi akan menjadi 5 besar negara ekonomi dunia pada 2045. Namun, hal tersebut diisukan sulit tercapai akibat masalah sistematik, mulai dari aktor, infrastruktur, hingga kultur Indonesia yang rumit. Faktanya 70% sampah tersendat di ujung tempat pembuangan akhir, 15 % tidak terangkut, dan 15% didaur ulang, hingga menyebabkan tindak kriminal dan menjadi protes warga setempat.
“Untuk persampahan target 3M pada 2045 setidaknya 60% timbunan sampah akan didaur ulang. Kebijakan kami adalah mengelola sampah dari sumber nya”, ujar Kang Bima Arya. Terkait hal itu, peran Gen Z sangat penting dalam mendukung pengelolaan sampah berkelanjutan. Sebagai contoh mulai dari kampanye gerakan gaya hidup minim sampah di Bogor, yaitu BOTAK “Bogor Tanpa Kantong Plastik”, pembangunan tempat pengelolaan sampah terpadu, daur ulang sampah plastik menjadi bahan bakar, hingga kebijakan persampahan (sampah konstruksi hingga rumah tangga).
Tak hanya itu, dalam panel diskusi “Rembuk Kebangsaan Untuk Iklim”, Pak Airlangga Hartanto selaku Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, juga mengatakan bahwa selain kesadaran Gen Z terhadap isu Climate Change dan Waste Management, IPM (Index Pembangunan Manusia) juga krusial. Usia produktif harus memperoleh pendidikan baik, berjiwa entrepreneurship, serta sehat dan inovatif untuk mewujudkan Net Zero Emission 2060. Sebagai contoh, di Bogor, terdapat inovasi mendaur ulang kemasan sachet menjadi palving block yang diproduksi untuk taman Kota Bogor.
Sebagai negara kedua dengan pertumbuhan ekonomi terbaik di G20, Indonesia sudah berkomitmen untuk Indonesia Net Zero Emission 2060, yaitu penerapan Blue Economy (meminimalkan limbah, memiliki mulfiplier effect, melibatkan banyak tenaga kerja, dan inovatif), dan Green Economy untuk mendorong sustainability dengan target Net Zero Emission pada 2060. Terkait target tersebut, pemerintah menerapkan lima prinsip utama, yaitu peningkatan pemanfaatan energi terbarukan, pengurangan energi fosil, penggunaan kendaraan listrik di sektor transportasi, peningkatan pemanfaatan listrik pada rumah tangga dan industri, dan pemanfaatan Carbon Capture and Storage (CCS).
“Green politics adalah green leadership. What we need now to solve climate change is political will,” ungkap Tabitha Napitupulu. Sebagian decision maker terbelenggu dalam membuat keputusan, karena memiliki beban masa lalu, dan tersandra oleh kepentingan korporat dan pemodal. Maka itu, peran Gen Z sangat penting untuk berkolaborasi bersama decision maker dan menyuarakan aspirasinya terhadap isu lingkungan hidup, salah satunya pengelolaan sampah berkelanjutan untuk mencegah ancaman eksistensial bagi umat manusia.
Follow IG Tabitha Napitupulu : @tabithacn