Sunday, December 22, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
HomeMoviesFilm “Tale of the Land” Produksi KawanKawan Media Menang FIPRESCI Prize di...

Film “Tale of the Land” Produksi KawanKawan Media Menang FIPRESCI Prize di Busan International Film Festival 2024

Busan — Kabar baik dari Busan! Film persembahan KawanKawan Media yang diproduseri Amerta Kusuma dan Yulia Evina Bhara, serta menjadi debut penyutradaraan Loeloe Hendra, “Tale of the Land” memenangkan penghargaan FIPRESCI Prize di Busan International Film Festival (BIFF) 2024. Penghargaan tersebut diumumkan dan diberikan pada 10 Oktober 2024 di Signiel, Busan, Korea Selatan.

FIPRESCI Prize adalah penghargaan yang diberikan oleh Federasi Internasional
Kritikus Film kepada film yang dibuat dengan baik dalam merefleksikan semangat
eksperimental dan progresif. “Tale of the Land” berkompetisi dalam program New
Currents, yang juga menjadi world premiere (penayangan perdana) film tersebut.
“Tale of the Land” tayang pertama kali di BIFF 2024 pada 4 Oktober 2024. BIFF
2024 dibuka pada 2 Oktober dan akan ditutup pada 11 Oktober 2024.

Para anggota juri yang terdiri dari Hsin Wang (Taiwan), Rhee Souewon (South
Korea), Teréz Vincze (Hungary), mengatakan alasan memilih “Tale of the Land”
sebagai pemenang film kritik terbaik karena film ini menggunakan bahasa visual
yang memukau dalam membahas isu-isu penting tentang rusaknya harmoni antara
manusia dan alam dengan memasukkan referensi budaya tradisional, serta
mengubah ceritanya menjadi pesan global yang relevan tentang masa depan.

Dibintangi Shenina Cinnamon, Arswendy Bening Swara, Angga Yunanda, dan Yusuf
Mahardika, “Tale of the Land” berpusat pada seorang gadis Dayak bernama May,
yang diperankan oleh Shenina Cinnamon. May dihantui oleh trauma kematian
orangtuanya dalam sebuah konflik tanah, yang membuatnya tidak dapat
menginjakkan kaki di tanah. May tinggal bersama kakeknya, Tuha (diperankan oleh
Arswendy Bening Swara), di sebuah rumah terapung yang terombang-ambing di atas
danau yang jauh dari daratan. Bagi sutradara Loeloe Hendra, karakter May
merupakan alegori yang merefleksikan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat
adat di seluruh dunia yang tanah airnya terus berubah akibat tekanan dunia modern.

“Sebuah surat cinta untuk sinema Indonesia, senang rasanya bisa mewakili sinema
Indonesia di Busan dan menerima penghargaan ini. Semoga nanti ketika tayang di
tanah air dapat diterima oleh penonton Indonesia,” kata Produser “Tale of the
Land” Amerta Kusuma dan Yulia Evina Bhara dalam pidato kemenangan
di Busan.

“Terhormat sekali menerima penghargaan ini, khususnya karena ini adalah film
panjang pertama saya. Saya dedikasikan penghargaan ini untuk orang-orang
Kalimantan dan juga kerja keras seluruh kru dan cast “Tale of the Land,”” tambah
Sutradara Loeloe Hendra.

Syuting film “Tale of the Land” mengambil lokasi di Kota Bangun, Kalimantan
Timur, dan memanfaatkan fenomena alam untuk mendapatkan 90% lanskap
perairan di filmnya. Di film ini, Shenina Cinnamon juga menggunakan bahasa Kutai,
yang jarang direpresentasikan di film Indonesia. Film “Tale of the Land” merupakan
ko-produksi Indonesia, Filipina, dan Taiwan.

Ikuti terus perkembangan film “Tale of the Land” melalui akun Instagram resmi
@kawankawanmedia. Nantikan film “Tale of the Land” tayang di Indonesia!

RELATED ARTICLES
- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments