warnaplus.com-Instamoney, sebuah perusahaan teknologi finansial yang menyediakan jasa transfer dana, bagian dari Xendit Group, resmi menyelenggarakan XenTalks dengan tema “Cerdas dalam Memilih Layanan Fintech”, sebagai inisiatif InstaMoney untuk mendukung OJK dalam mengedukasi pasar mengenai ruang lingkup dari financial technology di Indonesia.
XenTalks dihadiri oleh Tomi Joko Irianto selaku Analis Senior Deputi Direktur Pengaturan, Penelitian, dan Pengembangan Financial Technology dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Sunu Widyatmoko selaku Sekretaris Jenderal Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Mikiko Steven selaku Direktur PT Syaftraco (Instamoney), Agung Kurniawan selaku Head of Wholesale Solution Division dari BNI, dan dimoderasi oleh Rama Mamuaya selaku Co Founder & CEO Dailysocial.id.
Acara XenTalks dibuka dengan kata sambutan dan pemaparan oleh Tomi Joko Irianto selaku Analis Senior Deputi Direktur Pengaturan, Penelitian, dan Pengembangan Financial Technology OJK. Beliau menyebutkan pada tahun 2019, 5 tahun semenjak munculnya Fintech lending di Indonesia, Indeks literasi masih berada pada angka 38,03% dan indeks inklusi pada 76,19%.
“OJK terus mendorong penyelenggaraan P2PL untuk menunjang inklusi keuangan sehingga dapat terjadi pemulihan ekonomi di masa pandemi ini.”, ucap Tomi Joko Irianto, Analis Senior Deputi Direktur Pengaturan, Penelitian, dan Pengembangan Financial Technology OJK. “Penyelenggara fintech wajib menerapkan prinsip dasar perlindungan pengguna yang mencakup transparansi, perlakuan yang andil, keandalan, kerahasiaan dan keamanan data, serta penyelesaian sengketa.”, lanjutnya.
Saat ini terdapat 107 penyelenggara Fintech lending yang terdaftar/berizin di OJK, dan sudah terdapat 3.365 penyelenggara Fintech lending ilegal yang ditutup oleh Satgas Waspada Investasi (SWI). Tomi Joko Irianto juga menghimbau masyarakat untuk memeriksa status legalitas Fintech lending melalui website OJK dan masyarakat diharapkan melaporkan ke OJK/SWI apabila menemukan ada fintech lending ilegal.
Acara dilanjutkan dengan penjelasan mengenai pertumbuhan Fintech pendanaan bersama oleh Sunu Widyatmoko selaku Sekretaris Jenderal Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI). AFPI didirikan pada 2018 dan terdiri dari Code of Conduct, Komite Etika dan Saluran Pengaduan Konsumen (Jendela). AFPI memiliki Fintech Data Center, yang memiliki fungsi untuk mencatat jumlah pencairan pinjaman dan jumlah transaksi pinjaman pendanaan klaster produktif dan multiguna. AFPI mencatat
bahwa saat ini, masih terdapat 46.6 Juta UMKM yang tidak memiliki akses kredit.
Sunu Widyatmoko juga menjelaskan bahwa saat ini Fintech Lending memiliki keunggulan dalam menawarkan kecepatan layanan dengan adopsi teknologi informasi dan komunikasi terkini, penggunaan data-data alternatif. Serta memiliki fungsi dalam menawarkan layanan secara cepat dan efisien dengan model bisnis yang simpel, secara real-time pengguna dapat terhubung secara personal ke app/website platform yang telah terkoneksi dengan layanan-KYC, digital signature, credit scoring, dan layanan pembayaran melalui infrastruktur perbankan.
Acara XenTalks kemudian dilanjutkan dengan diskusi panel oleh Sunu Widyatmoko, Mikiko Steven selaku Direktur PT Syaftraco (Instamoney), dan Agung Kurniawan selaku Head of Wholesales Solution Division BNI.
Agung Kurniawan, Head of Wholesales Solution Division BNI menyebutkan bahwa “Indonesia menjadi target utama pasar Fintech dengan potensi pasar sebesar 270 juta jiwa. Dunia perbankan melihat bahwa kehadiran Fintech menjadi potensi bisnis, maraknya fintech dimulai tahun 2015, membuat semua aktivitas masyarakat berpindah ke ranah digital. Fintech mencapai titik tertinggi 93 triliun dan tumbuh hingga 153% selama pandemi.” Beliau juga menambahkan, “BNI mendukung ekosistem fintech dalam membantu dan memberikan digital service bagi pelaku Fintech, seperti menyediakan API dan virtual account. “
Melalui diskusi panel tersebut, Direktur PT Syaftraco (Instamoney), Mikiko Steven, mengungkapkan, “melalui sisi transaksional, P2P lending dan transaksi digital secara umum mengalami penurunan di awal pandemi, namun resiliensi dan adopsi teknologi oleh masyarakat Indonesia cukup tinggi. Dimana saat ini jumlah transaksi sudah kembali seperti sebelum pandemi.” Lebih lanjut Mikiko
menambahkan, “Kami melihat adanya shifting dari jumlah UMKM yang mendaftar dan bertransaksi dalam ekosistem Xendit Group. Sebelumnya, proporsi merchants didominasi oleh badan usaha menengah dan besar, sekarang proporsi jumlah merchant 90% berasal dari merchant UMKM. Hal ini
menunjukkan kemampuan UMKM untuk mengadopsi teknologi di tengah pandemi.”
XenTalks adalah acara yang rutin dilakukan oleh Xendit Group. Di setiap acaranya, XenTalks membahas berbagai jenis topik hangat di masyarakat yang patut untuk didiskusikan. Melalui XenTalks, Instamoney berharap dapat menjadi sumber informasi yang terpercaya di lanskap teknologi digital Indonesia, didukung oleh para pakar dan profesional yang ahli di bidangnya.
Instamoney, memiliki izin transfer dana dan merupakan bagian dari Xendit Group, terus menambahkan fitur yang sesuai dengan kebutuhan pengguna dan pelaku UMKM untuk menambahkan efisiensi dan efektifitas kerja. Diawasi dan diatur oleh Bank Indonesia, Instamoney sudah memenuhi standar spesifikasi dari regulator sehingga dapat menjadi platform teknologi finansial yang terpercaya, dan menjadikan Instamoney pemain andal dalam membangun infrastruktur keuangan digital di Indonesia.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai Instamoney, silahkan kunjungi www.instamoney.co. (if)