warnaplus.com-Kekerasan seksual kerap terjadi di lingkungan kampus, dan mahasiswa rentan menjadi korban kekerasan. Kebanyakan dari kasus-kasus kekerasan seksual tidak memberikan keadilan kepada penyintas,
bahkan banyak yang tidak diselesaikan secara hukum karena sistem hukum dan perundangan di Indonesia belum
berperspektif korban. Pada saat yang sama, otoritas kampus cenderung menutupi dan mendorong agar kasus-kasus kekerasan seksual yang terjadi di dalam institusi mereka diselesaikan di luar jalur hukum.
Hal ini mendorong desakan dari mahasiswa agar ada upaya untuk memastikan kampus mereka bebas dari kekerasan seksual. Sering kali akhirnya inisiatif untuk mencegah atau mengatasi kasus kekerasan seksual datang dari kelompok mahasiswa sendiri. Karena itu The Body Shop® Indonesia mencoba menjawab tantangan ini dengan memperkuat kapasitas mahasiswa sebagai pendorong perubahan.
The Body Shop® Indonesia bersama Magdalene mengadakan Creative Skills Training dan Kompetisi Karya Kreatif pada 14-25 Juli 2021 dalam rangkaian kampanye berjudul “NO! GO! TELL!”. Training ini bertujuan mengapresiasi semangat mahasiswa dan peserta umum dalam mengasah keterampilan untuk berkarya, serta memotivasi dan menyemangati mereka untuk terus menyuarakan kepedulian sosial melalui karya kreatif mereka. Diharapkan pelatihan ini dapat mendorong mereka untuk menjadi penggerak perubahan sosial. Pelatihan ini juga bertujuan memberdayakan mahasiswa dalam mengawal isu kekerasan seksual dan mendorong disahkannya RUU Penghapusan Kekerasan seksual.
Program Creative Skills Training yang diikuti hampir 250 peserta ini meliputi pelatihan penulisan esai, podcast dan
video pendek. Pelatihan esai difasilitasi oleh penulis Raisa Kamila, pelatihan podcast oleh Co-founder Pabrik Soeara
Rakjat Rane Hafied, dan pelatihan video oleh Fauzan Mukrim dari CNN Indonesia TV. Sebelumnya pelatihan, ini
para peserta diwajibkan mengikuti pelatihan Gender dan pelatihan Storytelling dan Penggunaan Data dalam
Bercerita.
Setelah program pelatihan, para peserta mengikuti Kompetisi Karya Kreatif, yang pemenangnya diumumkan di
dalam acara penutupan pada hari ini. Turut menjadi juri dalam kompetisi ini adalah penulis Feby Indirani, psikolog
klinik dan podcaster Diana Mayorita.
Pada Penutupan Creative Skills Training dan Pengumuman Pemenang Kompetisi Karya Kreatif “SSV 2: NO! GO!
TELL!” hadir sebagai narasumber Devi Asmarani (Editor-in-Chief Magdalene.co), Ratu Ommaya (Head of Values,
Community & Public Relations The Body Shop® Indonesia), Lily Yulianti Farid (Founder and Director Makassar
International Writers Festival), Rachel Amanda (Aktris), Rani Hastari (Gender Equality & Social Inclusion (GESI)
Specialist Yayasan Plan International Indonesia), Diana Mayorita (Podcaster Celoteh Yori, Psikolog Klinis) dan
Feby Indirani (jurnalis, penulis.).
Ratu Ommaya, Head of Values, Community & Public Relations The Body Shop® Indonesia mengatakan, ‘Kami sangat senang melihat antusiasme dari para peserta sangat luar biasa. Hal ini menunjukkan semangat advokasi
yang tinggi untuk menyuarakan kepedulian terhadap isu kekerasan seksual oleh mahasiswa ini, terlebih lebih
karena mereka rentan akan kekerasan seksual.
Ratu Ommaya menambahkan bahwa “Creative Skills Training sebagai bagian dari kampanye No! Go! Tell! berfokus pada dua aspek, yaitu Prevention (Pencegahan) dan Recovery (Pemulihan). Untuk aspek Prevention (Pencegahan), tujuan utamanya adalah membuat mekanisme keamanan bagi semua perempuan dan perempuan muda dalam mencegah mereka dari bahaya kekerasan seksual. Oleh karena itu The Body Shop® Indonesia menggandeng Magdalene sebagai media daring yang berfokus pada perempuan untuk mengedukasi masyarakat luas khususnya para mahasiswa dalam menciptakan mekanisme pencegahan dan advokasi, khususnya bagi kaum perempuan maupun remaja perempuan” ujar Maya.
Devi Asmarani, Editor in Chief Magdalene.co mengatakan “Magdalene sebagai mitra The Body Shop® Indonesia melihat pentingnya penguatan kapasitas mahasiswa menjadi agent of change lewat pelatihan karya kreatif. Karena itu selain mendapatkan pelatihan skill menulis, atau memproduksi podcast atau video, kami melihat penting bagi mereka untuk mendapatkan pengetahuan dasar tentang gender dan tentang kekerasan berbasis gender, termasuk kekerasan seksual, agar semua memiliki perspektif yang lebih inklusif dan berpihak pada korban.”
Lily Yulianti Farid, Founder and Director Makassar International Writers Festival mengatakan “Upaya memberikan edukasi bagi mahasiswa merupakan salah satu strategi yang penting dijalankan selama belum ada payung hukum kuat untuk melindungi kita dari kekerasan seksual. Creative Skill Training ini diharapkan menjadi wadah edukasi dalam memperkenalkan konsep kesetaraan gender sembari terus mendorong pengesahan RUU PKS. Kami adalah bagian dari masyarakat yang akan terus bergerak bersama mewujudkan Indonesia bebas kekerasan seksual melalui kampanye ini” ujar Lily.
Rachel Amanda, Aktris, mengatakan, “Memahami konsep kesetaraan gender di dunia yang saya geluti menjadi
pegangan saya untuk tetap merasa aman dan nyaman saat bekerja. Creative Skills Training mengedukasi kita semua
bahwa Kekerasan Berbasis Gender itu nyata ada. Masih ada yang tidak sadar sudah mengalami pelecehan karena
menganggap ketika kita survive di suatu industri apalagi kita sebagai pekerja di balik layar, kita harus tough.
Kita perlu memperkaya diri kita untuk menciptakan ruang aman dari kekerasan seksual bagi diri sendiri dan juga
orang lain. Apapun profesinya kita berhak marah dan melawan untuk tidak dilecehkan.”
Diana Mayorita, Podcaster Celoteh Yori, Psikolog Klinis mengatakan, “Diana Mayorita, Podcaster Celoteh Yori, Psikolog Klinis – Sebagai manusia biasa, setiap dari kita pasti memiliki lukanya masing-masing. Entah itu luka yang kita sadari maupun yang tak kita sadari. Walau tak semua luka bisa langsung disembuhkan begitu saja, namun
percayalah bahwa kita punya daya untuk melalui prosesnya dengan mau menerima dan memaknainya dengan
sudut pandang yang berbeda.
Sesuai dengan Kampanye No! Go! Tell! yang berfokus pada pencegahan dan pemulihan. Untuk semua para penyintas kekerasan seksual, ingatlah bahwa luka-luka yang ada tak berarti merenggut hak bahagia yang kamu punya. Terima dan jadikan sebagai bagian dari kita. Lalu, gunakan luka-luka ini sebagai sarana untuk memberdayakan diri sendiri serta orang lain.”
Feby Indirani, jurnalis dan penulis mengatakan, “Menulis tentang kekerasan seksual sangat penting dilakukan, justru karena tema ini dianggap sensitif dan membuat banyak orang tak nyaman. Masih terlalu banyak kasus kekerasan seksual terjadi di dalam ruang-ruang privat dan tersembunyi, membuat pelaku seperti tak tersentuh dan korban sulit mendapatkan pertolongan. Membawa lebih banyak percakapan mengenai kekerasan seksual ke ruang
publik akan membantu meningkatkan kesadaran semua pihak, agar bisa turut berperan dalam mencegah dan
mengatasi kasus kekerasan seksual sesuai peran masing-masing.” (if)