warnaplus.com-Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Hammam Riza, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko, Deputi Kepala BPPT Bidang TIEM Eniya Listiani Dewi serta Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati meresmikan dua Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang berlokasi di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina Jalan Lenteng Agung dan MT Haryono, Jakarta secara virtual (05/08).
SPKLU yang diresmikan tersebut memiliki fasilitas fast charging 50 kW dan juga dilengkapi dengan beberapa jenis colokan atau plug charger kendaraan yang memenuhi standar Eropa dan Jepang, seperti CCS2 gun (standar Eropa), Chademo (standar Jepang), serta AC Type 2 dengan daya 43 kW.
Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 55 tahun 2019, pembangunan SPKLU ini merupakan kerjasama BPPT dan PT Pertamina dalam pengkajian dan penerapan teknologi untuk mendukung pengembangan ekosistem Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).
Implementasi KBLBB sebut Hammam akan menurunkan impor BBM terutama impor bensin sebesar 51 juta barel (8,8 juta kiloliter) pada tahun 2030, dan sebesar 373 juta barel (setara dengan 64 juta kiloliter) pada tahun 2050. Dengan asumsi harga impor bensin yang digunakan serta nilai tukar sebesar Rp 15.000 per USD, maka potensi penghematan devisa dari penurunan impor bensin sebesar 5,86 miliar USD (sekitar 87,86 triliun rupiah) pada tahun 2030 dan meningkat menjadi 82,20 miliar USD (sekitar 1.232,93 triliun rupiah) pada tahun 2050.
Penerapan KBLBB selain menurunkan impor BBM juga akan mengurangi rasio impor terhadap penyediaan energi nasional. Pada tahun 2030, rasio impor akan menurun sebesar 2% sedangkan pada tahun 2050 rasio impor akan turun sebesar 6,6%. Impor BBM ini terjadi karena adanya substitusi BBM dengan listrik.
BPPT di tahun 2021 ini fokus untuk menghasilkan diantaranya prototype fast charging station untuk kendaraan listrik roda-2 dengan nama SONIK R2 dengan tingkat kesiapterapan teknologi atau technology readiness level 6, dengan kemampuan melayani 2 motor listrik sekaligus serta melakukan hilirisasi prototype dengan mitra industri PT. Wijaya Karya Manufaktur atau WIMA dan startup PT. Wiksa Daya Pratama atau WDP Surabaya.
Kemudian ada prototype fast charging station untuk kendaraan listrik roda 4 dengan nama SONIK AC dan dengan TKT atau TRL 6, berdaya 22 kW arus bolak-balik serta melakukan hilirisasi prototype tersebut dengan mitra industri PT. LEN Industri Bandung, ujarnya.
Selain itu juga dibangun Charging Station Management System bernama SONIK dengan TKT atau TRL 7, berupa aplikasi berbasis web serta aplikasi mobile berbasis Android dan iOS. Disamping itu, dilakukan pula kajian model bisnis serta kerjasama dibidang penerapan SPKLU berkolaborasi dengan PT. Pertamina.
Untuk tahap hilirisasi teknologi BPPT juga melakukan trial production untuk AC Charging Station 22 kW dengan PT. LEN, Fast Charging Roda 2 dengan PT. WIMA dan PT. WDP, dan pengembangan serta pengkajian platform CSMS dengan PT. Pertamina, PT. PLN, dan perusahaan swasta nasional.
Selain pengembangan teknologi, BPPT lanjut Hammam juga berperan memberikan kajian teknologi guna mendukung ekosistem kendaraan listrik dengan kajian tekno ekonomi, regulasi, dan standar plug SPKLU bagi beberapa stakdeholder dengan diluncurkannya buku kajian SPKLU ditahun 2020, serta potensi TKDN dalam SPKLU dan SPBKLU (Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum) yang dapat bermanfaat bagi industri nasional dan memberikan rekomendasi komponen dalam negeri teknologi KBL dan SPKLU kepada Kementerian Perindustrian.
Karenanya kajian model bisnis dan teknis dari SPKLU juga sedang dilakukan kerjasama dengan berbagai pihak guna membangun infrastruktur dan komersialisasi dari SPKLU yang sesuai dengan kebutuhan saat ini dan dimasa yang akan datang dengan semakin berkembangnya jumlah kendaraan kepada beberapa pihak seperti PT. Pertamina, PT. PLN, dan beberapa pihak swasta lainnya.
BPPT juga sedang menyusun platform monitoring SPKLU khusus untuk regulator seperti Kementerian ESDM sehingga regulator dapat menerima informasi mengenai lokasi, plug, dan ketersediaan konektor. Kajian mengenai interoperabilitas juga sedang disusun guna pertukaran informasi antar operator SPKLU dan beberapa stakeholder terkait.
Selain itu, BPPT juga mengembangkan platform sistem penukaran baterai guna mengantisipasi berkembangnya SPBKLU dan teknologi pendukungnya. Semoga segala yang diupayakan BPPT dapat memberi kontribusi nyata dengan pembangunan ekosistem kendaraan bermotor listrik berbasis baterai melalui beberapa pengkajian, penerapan, dan inovasi serta layanan yang diberikan, pungkasnya. (sumber Humas BPPT)