Untuk kedua kalinya Warnaplus.com [MICE Portal] mendapat kesempatan meliput dan menonton bareng Film LIMA yand disutradarai oleh 5 sutradara ternama dalam negeri. Mereka adalah Shalahuddin Siregar, Tika Pramesti, Lola Amaria, Harvan Agustriyansyah, Adriyanto Dewo.
Krisis penghayatan PANCASILA yang banyak dialami oleh generasi muda ini bersumberrr pada miskinnya penghayatan nilai-nilai Pancasila dilingkungan keluarga. Keluarga yang seharusnya menjadi ruang bersemainya nilai-nilai Pancasila semakin lama semakin hilang. Pancasila menjadi asing dalam lingkungan keluarga sebelum akhirnya dilupakan.
Film LIMA adalah cermin bagaimana krisis itu terjadi di keluarga, lingkungan dan lapisan masyarakat lainnya. Ke LIMA sutradara bercerita betapa LIMA sila itu semakin keropos dan tidak lagi menjadi pegangan hidup berbangsa dan bernegara.Agama yang seharusnya memberi rasa damai, seolah-olah menebarkan ketakutan. Rasa kemanusiaan kita yang semakin dangkal, sikap membeda-bedJohnie Sugihartakan satu sama lain, mau menang sendiri sampai keadilan yang semakin jauh bagi rakyat bawah menjadi tema ke LIMA sutradara tersebut.
Sejalan dengan ide dan keinginan melakukan perubahan tersebut, Pihak Eljohn Indonesia dan AMI (Asosiasi MediaOnline Indonesia) menggelar acara nobar film LIMA beberapa saat yang lalu. Hadir pula disana Bapak Johnie Sugiharto, CEO dan pemilik Eljohn Indonesia. Bapak Johnie pun sempat menyampaikan tanggapan mengenai film tersebut yang sangat bagus dan menginginkan segenap lapisan masyarakat untuk dapat menonton film tersebut untuk mengembalikan nilai-nilai Pancasila di lingkungan keluarga, masyarakat terutama untuk generasi muda. Janganlah mengkotak-kotakan masyarakat, merasa yang paling benar dan menyalahkan yang lain. Juga untuk generasi muda harus mengenal asal muasal Pancasila, harus menggali keberanan yg dari sejarah. Jadi tidak salah kaprah didalam menjalankan kehidupan berlandaskan Pancasila.
AMI pun selaku Asosiasi Medi online Indonesia juga merasakan tanggung jawab moral dengan mengundang beberapa rekan media dibawah naungan AMI untuk menonton film tersebut dikarenakan untuk menyebarluaskan informasi dan budaya kebhinekaan tunggal ika melalui media.
Memang masih panjang perjalanan untuk menyebarluaskan pengaruh Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika nya kepada masyarakat, terutama generasi muda nya. Semoga saja dikemudian hari makin banyak film-film nasional bergenre Pancasila, perjuangan dan pemahaman keragaman dalam Bhineka Tunggal Ika kepada masyarakat.