warnaplus.com- Permasalahan akses air bersih yang layak dan aman masih menjadi tantangan bagi Indonesia hingga saat ini. Perempuan dan anak-anak adalah kelompok yang paling dominan terkena dampak dari masalah tersebut. Oleh karena itu, peringatan Hari Air Sedunia hari ini harus menjadi momentum penguatan upaya penyediaan akses air bersih layak dan aman yang responsif terhadap peran perempuan dan perlindungan anak.
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti, dalam siaran pers Yayasan Plan International (Plan Indonesia) tentang peringatan Hari Air Sedunia 2022, yang bertema “Air Tanah: Membuat yang tak Terlihat Menjadi Terlihat”.
“Berdasarkan data Susenas BPS saat ini, akses air bersih layak Indonesia mencapai 88 persen dengan estimasi akses aman sebesar 7 persen. Ini artinya masih banyak masyarakat Indonesia yang belum mendapatkan akses air bersih secara layak dan aman,” ungkap Dini. Dia melanjutkan, “Kaum perempuan dan anak-anak menjadi kelompok paling rentan terdampak dari permasalahan akses air bersih ini karena dalam keseharian mereka paling dekat dengan masalah air bersih untuk keluarga.”
Kondisi tersebut, lanjut Dini, menjadi salah satu hal yang mendorong Plan Indonesia terus berupaya menjalankan program penyediaan akses air bersih dan sanitasi kepada masyarakat Indonesia, terutama kepada anak dan perempuan dari tahun 1990-an. Melalui program Child Development and Protection (CDP), misalnya, Plan Indonesia memberikan akses air bersih dan/atau sanitasi dasar yang layak ke 233.000 rumah tangga yang dapat menjamin pola hidup bersih dan sehat untuk keluarga di 607 desa dan 14 kecamatan pada tahun 2021. Selain itu, juga telah terbangun 54 toilet ramah disabilitas dan 68 toilet layak di sekolah-sekolah.
“Program-program tersebut dijalankan melalui pelibatan aktif masyarakat, terutama perempuan dan anak perempuan, serta kelompok marginal lainya,” ujar Dini.
Lebih jauh, Dini mengatakan, banyak tantangan yang dihadapi setiap harinya oleh anak dan perempuan dalam mendapatkan air bersih dalam aspek kesehatan maupun keamanan. Di daerah-daerah yang sulit air bersih, untuk mendapatkan air bersih yang sumbernya berada jauh dari tempat tinggal, anak dan perempuan harus mencari hingga berjam-jam yang berpotensi untuk terjadi pelecehan maupun kekerasan seksual. Waktu tersebut juga seharusnya bisa dipakai untuk belajar maupun kegiatan produktif lainnya.
“Karena itu, upaya penyediaan akses air bersih ke depan harus responsif terhadap perlindungan perempuan dan anak-anak, serta lebih banyak melibatkan peran perempuan dan anak perempuan. Peringatan Hari Air Sedunia 2022 ini harus menjadi momentum kita untuk memperkuat hal tersebut,” tegas Dini.
Air Tanah
Sementara itu, Silvia A. Landa selaku Manajer Proyek Water for Women, hampir semua air tawar di dunia yang dikonsumsi untuk kebutuhan minum, sanitasi, dan makanan, sesungguhnya berasal dari tanah. Namun, kita selama ini cenderung abai dan tidak acuh dengan perlindungan air tanah, dengan mengekploitasi secara berlebihan dan mencemari air tanah. Akibatnya, ketersediaan air tanah yang merupakan sumber air bersih utama manusia kian terbatas.
“UNICEF pada 7 Februari 2022 lalu merilis data, 70 persen sumber air minum rumah tangga di Indonesia tercemar limbah tinja. Selain menjijikkan, sumber air minum yang tercemar limbah tinja dapat memicu penyakit diare, yang merupakan penyebab utama kematian balita,” terang Silvia.
Sebagai upaya perlindungan kualitas air tanah, salah satu kegiatan yang dijalankan Plan Indonesia adalah program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Dalam program ini, masyarakat diarahkan untuk tidak saja buang air besar di jamban, tetapi juga meningkatkan kualitas jamban menjadi sanitasi aman menggunakan tangki septik tidak tembus air sehingga limbah tinja tidak mencemari air tanah.
“Dalam program ini, masyarakat diajak mengelola limbah rumah tangga agar di buang ke lubang resapan dengan lapisan penyaringan agar air limbah dapat mengisi kembali cadangan air tanah tanpa mencemarinya,” imbuh Silvia.
Manajer Program CDP Plan Indonesia Semuel Apsalon Niap, menambahkan, air dan sanitasi merupakan inti dari kehidupan masyarakat yang saat ini di banyak daerah di Indonesia masih belum merata ketersediaannya. Sedangkan, perilaku hidup bersih dan sehat seperti cuci tangan pakai sabun (CTPS) dan buang air besar di jamban belum menjadi norma sosial yang diterapkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Tak hanya itu, masih minimnya toilet layak dengan akses ramah disabilitas merupakan hal yang turut menjadi prioritas.
Untuk itu, sambung Semuel, Plan Indonesia akan terus berjuang memberikan akses air dan sanitasi yang layak kepada anak dan perempuan sehingga mereka dapat menggapai mimpi yang bermakna. “Hal ini juga sebagai upaya mendukung target pemerintah terkait akses air yang universal di tahun 2030,” tandas Semuel