warnaplus.com- Taman Wisata Alam (TWA) Mangrove Angke Kapuk – Jakarta Utara pagi tadi (16/10) kedatangan tamu istimewa yaitu Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam Bapak Vincent Piket, bersama Bapak Igor Driesmans – Duta Besar Uni Eropa untuk ASEAN, Bapak Jari Sinkari – Duta Besar Finlandia untuk Indonesia, Bapak Lambert Grijns – Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia dan Ibu Ina Lepel – Duta Besar-designate Jerman untuk Indonesia.Kegiatan Mangrove Plantation Trip juga diikuti oleh Delegasi Uni Eropa dari Rumania, Perancis, Belgia, Denmark, Austria dan Republik Ceko.
Kedatangan mereka disambut hangat oleh Andhika Rauli Danangputra, Wakil Direktur TWA Kapuk bersama dengan Jessica Novia, Co-Founder sekaligus Chief Creative Officer Carbonethics. Di Pendopo, rombongan mendapat penjelasan tentang sejarah TWA, pentingnya mangrove dan apa yang dapat dilakukan untuk konservasi mangrove.
Lambert Grijns – Duta Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia
Pada sambutannya, Duta Besar Piket menyampaikan, penanaman mangrove ini menjadi rangkaian terakhir dari kegiatan Pekan Diplomasi Iklim 2021 Uni Eropa, yang dimulai pada 11 Oktober lalu. Mangrove sendiri merupakan ekosistem yang tumbuh sepanjang garis pantai tropis dan sub tropis.
“Sangat menyenangkan di sini, sangat damai dan sangat natural – berbeda dengan apa yang kita lihat di sepanjang jalan perkantoran yang dipenuhi dengan gedung-gedung kaca. Senang pula kami dapat berbagi khususnya mengenai hal mengurangi kadar emisi karbon. Secara khusus kami sangat mengapresiasi mitra lokal kami – Carbonetchics, untuk sama-sama berjuang dalam mengatasi krisis iklim,” ungkap Duta Besar Piket.
Vincent Piket-Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam
Penanaman mangrove ini merupakan salah satu aksi nyata untuk mengatasi perubahan iklim, dan sebagai salah satu cara untuk mengurangi pemanasan global yang diprediksi akan bertambah 1,50 C dalam beberapa tahun ke depan.
“Menanam mangrove sangat penting karena mangrove dapat menyimpan karbon yang dapat menyebabkan pemanasan global. Dengan menanam mangrove berarti kita telah membantu mengurangi pemanasan global. Indonesia dan beberapa negara bagian lainnya telah kehilangan mangrove setiap tahunnya yang secara tidak langsung juga menghilangkan penyerap karbon potential. Sangatlah penting untuk segera dilakukan pemulihan melalui restorasi mangrove,” lanjutnya.
Setidaknya 75 pohon mangrove ditanam oleh Vincent Piket bersama Delegasi Negara Anggota Uni Eropa. Mereka tidak sungkan untuk turun ke air melakukan penanaman mangrove. Sebelumnya, rombongan juga diajak berkeliling menyaksikan keanekaragaman hayati yang ada di TWA Angke menggunakan speed boat. Rombongan berdecak kagum melihat habitat yang ada di kawasan ini yaitu jenis-jenis burung Merandai dan hampir seluruhnya merupakan satwa yang dilindungi.
Sementara itu, Andhika Rauli Danangputra menjelaskan bahwa kawasan konservasi mangrove yang beralamat di Kamal Muara, Penjaringan, Jakarta Utara ini, sangat dibutuhkan di Jakarta, ibu kota Indonesia yang sangat kekurangan lahan hijau terbuka, tingkat polusi udara yang cukup tinggi serta mulai mengalami erosi dan abrasi garis pantai.
“Lahan mangrove terbesar berada di Sumatera. Untuk di TWA ini mangrove berada di lahan seluas 99,82 hektar,” jelasnya. Dengan sigap Andhika juga memperlihatkan beragam ukuran mangrove yang ada. “Kalau yang kecil itu bisa dilihat dari jumlah daunnya, satu daun menandakan usianya satu bulan, kalau untuk dewasa membutuhkan waktu 10-15 tahun. Memang sangat lama karena itu diperlukan aksi lebih banyak lagi untuk menanam mangrove ini,” tutupnya. (if)